Pages

Translate

Jumat, 15 Januari 2016

Past Or Future



PAST OR FUTURE?

By : Amanda Lactis

Keduanya saling bertatapan, enggan membuka suara. Emosi terpendam tersirat dari wajah keduanya, namun mereka masih keras kepala untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Helaan nafas terdengar samar, pemuda tampan bersurai blonde mengusap rambutnya sesekali mengalihkan pandangan nya dari gadis didepannya yang masih setia menunggu ucapan nya.

“Maafkan aku, pergilah bersamanya. Aku merelekan mu dengan dirinya yang jauh lebih baik dariku” ujar pemuda yang bernama Virgo, enggan membuat kontak langsung dengan gadis yang kini balik menatapnya shock. Tersenyum maklum sembari menangkup pipi putih gadis yang sudah bertittle mantan kekasihnya kini, Virgo membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah pergi. Suara khas sopran dari Yuno (mantan kekasihnya) menghentikan langkah nya.

“Bertahun-tahun aku menunggumu, mencintai mu dan saat ada orang lain yang kenyatan nya sahabatku kamu merelakan ku begitu saja” Yuno menahan isak tangisnya, bahunya bergetar lembut diikuti tetes demi tetes air mata yang membasahi kedua belah pipinya. Virgo tersentak, bohong jika dirinya rela melepaskan gadis yang dicintai kepada orang lain tapi melihat kedekatan Yuno dan laki-laki itu, membuatnya mengerti akan hatinya.

“Yuno dengarkan aku-“

“-Kau yang diam, biarkan aku jelaskan semuanya” sela Yuno keras kepala. Bibir plumnya terkatup rapat, menahan gejolak emosi yang ingin dikeluarkan tak peduli jika Virgo berubah pikiran nantinya.

“Aku mencintaimu, jujur. Aku sangat bahagia saat kau menyatakan perasaan mu dan kebahagiaan ku sampai pada puncaknya ketika kita resmi berpacaran. Namun sikapmu berubah total, sejak kedatangan Eru dari London. Berapa kali sudah ku katakan? Dia sahabatku sejak kecil, kenapa kamu tidak kunjung mengerti?!” Yuno berseru kencang, tubuh mungilnya jatuh terduduk, kakinya lemas dan akhirnya ia ambruk. Virgo tercekat, hampir saja tubuhnya beranjak ingin meraih Yuno, tapi itu hanya niat belaka.

“Dan kamu lebih menyakitiku saat dengan teganya kamu mengumumkan akan bertunangan dengan Laila! Pernah kah sedikit saja kamu mengerti perasaanku?!” lanjutnya, dengan kasar menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti mengalir. Virgo menatapnya iba, penuh simpatik tulus. Nasi sudah bubur, akan terlihat pengecut jika ia berubah pikiran.

Yuno memejamkan matanya sejenak, menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa dan menghembuskan nya perlahan. Saat dirasa mulai tenang, ditatapnya Virgo datar tanpa ada ekspresi apapun seolah kejadian tadi hanya mimpi.”Tapi baik, akan kuturuti keinginanmu. Dan ku harap tidak ada penyesalan dihatimu, kelak” Yuno berdiri, menepuk coat nya dan merapikan rambutnya yang sempat berantakan. Tanpa mengatakan apapun, ia berbalik lalu berjalan meninggalkan Virgo sendirian. Yuno bertekad untuk melupakan sosok Virgo, menghapus kenangan indah yang terukir dalam di lubuk hatinya. Dan cara yang paling mudah untuk melakukan itu, tentunya dengan tidak melihat Virgo bukan?

Dengan cekatan Yuno menekan tombol di ponsel touchscreen nya, menghubungi seseorang,”Bu, aku berubah pikiran. Tolong atur jadwal penerbangan ku secepatnya, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Amsterdam” Setelah itu,Yuno menghapus semua yang berhubungan dengan Virgo, tak terkecuali.

“Jika memang ini cara terbaik, kumohon Tuhan buat aku melupakan nya tanpa sisa sedikitpun” Yuno berdoa dalam hati.

Esoknya Virgo mencari Yuno di kelasnya, tak mempedulikan calon tunangan nya yang merengek ingin dicumbu. Terima kasih untuk mata tajamnya, ia melihat siluet sahabat Yuno, yang sedang membicarakan satu hal. Tak ingin ketahuan sedang mencuri dengar, Virgo mengendap-endap layaknya pencuri.

“Kau bohong, kan? Mana mungkin Yuno sudah pergi begitu saja?! Tanpa pamit?!”


“Aku tidak bohong, sungguh. Memangnya kau tidak membuka e-mail?”


“Malas, aku tidak membukanya lagi”


“Dia pergi, dengan hati yang sedih juga sakit, Seo”


“Maksudmu? Si brengsek itu menyakitinya” Virgo merasa tersinggung, namun masih setia mendengar percakapan mereka.

“Singkatnya begitu, dan Yuno bilang tak akan kembali lagi”

Untuk pertama kalinya Virgo merasa hatinya kosong, hampa tanpa ada yang mengisi. Gadis yang dicintainya telah pergi, untuk waktu yang lama sekali. Sebersit keraguan mendadak mampir dihatinya, jika bertemu kembali pun, apa Yuno tetap bisa menjadi dirinya yang dulu? Setelah disakiti oleh Virgo? Entahlah, Virgo menyembah didepan banyak orang pun tak bisa menyembuhkan luka dihati Yuno.

‘Setelah aku menyakitimu, mengapa kau pergi? Setidaknya tampar lah aku, Yuno’ batin Virgo merasakan sesak didadanya. Munafik jika ia berkata tidak mencintai Yuno, dusta lah dirinya. Yuno terlanjur sakit hati, lalu ia bisa apa? Dimaafkan Yuno saja, Virgo sangat bersyukur.

“Seo, dimana Eru?” Virgo bertanya cepat, meremas bahu gadis tomboy sahabat Yuno yang saat ini menatapnya tajam mematikan.

“Pertama jangan menyentuhku, aku tidak mau Nero menghajarmu. Kedua, Eru pergi bersama Yuno kemarin dan Ketiga, ku harap KAU tidak mencari kabar dari NYA!” sahut Seo melengos pergi, Virgo mengerang frustasi. Ternyata firasatnya benar, Eru ikut serta dalam kepergian Yuno. Kau merelakan nya, Virgo? Menggeleng ragu, Virgo menyeret kedua kakinya untuk enyah dari sana hendak menenangkan diri.

BANDARA NARITA


Yuno duduk dengan tenang diruang tunggu usai melakukan boarding pass. Kaki jenjangnya ditumpukkan satu sama lain dengan anggun. Rambut panjang nya yang indah terpangkas habis mencapai leher, dengan potongan yang jauh dari kata rapi. Yuno hanya mengenakan celana jeans hitam, dan hoodie kesukaan nya. Sepatu boot berhak 3 cm ikut menghiasi tampilan barunya. Well, banyak yang bilang memotong rambut membuang sial. Mungkin Yuno mengikuti petuah jaman dulu. Kedua telinga nya disumpal headset, alunan lagu mellow terdengar samar. Tersenyum tipis sesekali melirik jam tangan seiko yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. Di samping Yuno duduk Eru yang asik membaca novel misteri kesukaan nya yang ketebalan nya mencapai 357 halaman.

“Pesawat take off 30 menit lagi, ku rasa aku ingin membeli secangkir kopi. Kau mau?” tawar Eru yang akhirnya berdiri dan merapikan tatanan rambut bak model nya. Yuno mengangguk singkat, masih sibuk memilah lagu untuk didengarkan. Eru menggeleng maklum, memutuskan keluar untuk mencari kopi untuknya dan pesanan Yuno. Tanpa diberitahu pun Eru tahu segala nya tentang gadis yang merupakan sahabat baiknya itu. Sampai kejadian memalukan pun masih terekam dengan baik, tanpa ada lecet layaknya kaset baru. Eru ingin tertawa mengingat itu.

Namun mengingat kepergian Yuno bersamanya dilandasi sakit hati dan kekecewaan membuat Eru mau tak mau geram sendiri. Bagaimana bisa Virgo mengira jika dirinya dan Yuno memiliki affair? Bodoh, brengsek, pengecut entah berapa kali Eru melayangkan makian kasar untuk pemuda yang notabene idola sekolah macam Virgo. Tapi sebersit pikiran sinting mampir dikepala Eru. Apa semua pemuda tampan dan keren selalu brengsek? Bukankah kau sendiri tampan, Eru?

‘Aku memang tampan, banyak perempuan menggilai ku, tapi setidaknya aku tidak brengsek’ Eru membatin dengan percaya diri setengah memuji dirinya tanpa ia sadari. Masih dengan rasa percaya dirinya, Eru memesan segelas Americano Coffe, Expresso Coffe dan 2 buah roti melon. Yuno memang gemar meminum kopi pahit, apalagi sebelum bepergian. Kadar kafein dicairan hitam pekat seperti kopi menurut Yuno bisa menghilangkan stress.

“Ini, kopimu. Kesukaan mu, kan? Americano..?” Eru meletakkan kopi Yuno di dekatnya, disambut gumaman terima kasih dari Yuno. Mengendikkan bahu, ikut menikmati kopi hitam beraroma lezat. Yuno menyesap kopinya, merasakan pahitnya cairan hitam terkecap dilidahnya.

Eru menatap sosok sahabatnya dalam diam, tersirat secuil kekaguman didalamnya. Gadis yang notabene sahabat nya ini memang unik, bagaimana bisa ia meminum kopi teramat pahit dengan santai begitu?,”Hei Yuno, kamu tidak berniat menikahiku? Aku laki-laki yang lebih baik dari Virgo, bukan?” menoleh dengan cepat, alis terangkat naik diikuti tatapan aneh dari Yuno, membuat Eru salah tingkah.

“Kamu melamarku? Atau ini April Mop kedua? Jika iya, hentikan atau kepalamu akan benjol” Yuno mendesis tajam, dirinya saat ini sedang malas untuk sekedar bercanda mengingat banyak yang harus dilakukan untuk mengurusi administrasi kuliahnya nanti. Eru melambaikan tangannya dan tertawa kering, bulu kuduknya meremang mendengar nada bicara Yuno, sudah jelas jika Yuno marah kan?.

“Pesawat dengan tujuan Amsterdam, nomor penerbangan **** harap menuju pintu yang sudah disediakan”

Yuno bergegas, membuang gelas plastik kosong mengingat kopinya sudah habis. Eru mengikuti jejak Yuno, bergegas menarik kopernya menuju apron pesawat.

Dilain tempat, Virgo layaknya seorang zombie.Matanya memandang kosong, pikiran nya melayang entah kemana, diikuti perasaan kalut juga cemas. Sudah sangat terlambat untuk menyusul Yuno, atau memang Virgo masih meragukan pendengaran nya jika Yuno sudah pergi dalam jangka waktu yang tidak diketahui. Cintanya telah pergi, dengan bodoh nya Virgo malah terdiam pada tempatnya berpijak. Tatapan sinis dari Seo juga diabaikan, Virgo benar-benar menyesali keputusan nya kala itu. Jika memang eksistensi mesin waktu sudah ada diera ini, Virgo pasti sudah mengembalikan waktu agar bisa kembali bersama Yuno.

“Terlambat, dan kau bodoh” Virgo bergumam lirih, mengejek kebodohan nya, menertawakan kepengecutan nya tapi semua sudah sia-sia. Yuno, sudah membulatkan tekadnya dengan pergi bersama rasa sakit yang ditorehkan oleh Virgo.
Manik obsidian Virgo tak sengaja bersibobrok dengan siluet 2 siswa dan siswi yang merupakan adik kelasnya. Keduanya saling bercanda ria, mengingatkan nya dengan Yuno dulu. Apa yang ia harapkan, terlalu berlebihan rasanya meminta Yuno kembali dengan nya. Tuhan pasti sudah mengutuknya, karena sudah berani menyakiti mahluk yang dikasihi-Nya. Tertawa hambar, mengusap surai nya frustasi dan Virgo hanya bisa berdoa. Berdoa agar dapat kembali bertemu dengan gadis yang pernah dicintainya.
   

 
Waktu berjalan dengan sangat cepat, tak terasa sudah 8 tahun berlalu. Virgo masih setia menunggu Yuno, meski sempat dicaci oleh sahabat Yuno juga kedua orang tuanya yang berpikir jika Virgo benar-benar bodoh. Calon tunangan nya dikabarkan tewas dalam kecelakaan menjelang acara pertunangan mereka 8 tahun silam. Entah harus berbahagia atau bersedih, Virgo merasa tak ada lagi batu yang menghalangi jika memang ia ingin kembali bersatu dengan Yuno.

Kakak sulungnya bahkan sudah menikah dan dikaruniai 2 anak, dan pindah ke luar negeri bersama istrinya. Virgo tersenyum kecut, ia tertinggal jauh. Apa daya nya yang masih menunggu gadis bersurai sewarna senja yang indah.

“Sudah 8 tahun, Yuno. Sampai kapan kamu mau menghukum ku? Ku mohon kembalilah” lirih Virgo menatap terangnya rembulan dimalam yang sunyi. Ego nya yang terlampau tinggi, menolak ajakan kakak sulungnya saat keluar negeri tempat dimana Yuno bersembunyi darinya.

“Kak Virgo! Ada undangan reuni untukmu besok malam, datanglah!” suara nyaring khas bocah dari adik bungsunya, menyeret dirinya untuk kembali ke realita. Virgo tersentak.

“Aku akan datang, dan lebih baik kau tidur” sahut Virgo datar.

‘Ku harap kamu akan datang, Yuno. Jika memang kamu masih sendiri akan kuperjuangkan, tapi saat kulihat seorang pria bersama mu maka aku akan mundur’ batin Virgo meyakinkan dirinya.


“Ya ampun! Kamu datang?!” seru Seo horror mendapati Virgo berdiri tegap dengan setelan jas armani. Manik azurenya menelusuri perubahan selama 8 tahun pada diri Virgo.

“Aku mendapatkan undangan nya, tentu aku datang” Virgo menyahut malas. Seo menggeram emosi, mulutnya hampir saja melontarkan cacian kasar namun Nero suaminya dengan sigap membekap mulutnya.

“Ada anak kita disini, sayang. Tenanglah” bisik nya lembut, Seo membuang mukanya dan berdecih sebal melengos dan meninggalkan Virgo sendirian ditengah keramaian dan lautan manusia.

Virgo membenci keramaian, itu sudah menjadi rahasia umum jika sang CEO dari perusahaan terkenal seperti Virgo malas, tidak sangat malas apabila  berurusan dengan pesta dan semacamnya. Motivasinya kemari adalah iming-iming kedatangan Yuno, kata Seo yang tadi sempat keceplosan. Memilih sendiri, Virgo berjalan menuju balkon dan matanya menerawang jauh ke masa lalu. Ia tidak tahu,jika Yuno sudah ada didalam ruangan itu bersamanya.

Yuno datang mengenakan coat berwarna cokelat muda,mencapai lututnya. Handbad tersampir apik dilengan nya, sepatu boots hitam elegan menghias kaki jenjang nya. Jangan lupakan rambut Yuno yang memanjang, sudah sampai sepinggang yang hanya diikat ekor kuda. Make up tipis, masih terkait kebiasaan lamanya yang sangsi dengan segala jenis make up. Yuno berjalan tenang, tak mempedulikan bisikan kagum dari orang-orang yang notabene teman se angkatan nya dulu.

“Tadaima” ia berujar lembut, suara nya membius seluruh orang-orang yang ada diruangan itu. Tak terkecuali Seo yang berhasil menguasai diri dan memeluk erat sosok sahabat nya yang sudah dirindukan nya sejak dulu.”Kamu terlalu lama, Yuno. Lihatlah, aku bahkan sudah memiliki anak” Seo berbisik lirih tak kuasa menahan tangis nya. Yuno mengusap punggung sahabatnya lembut, menenangkan nya. Setelah berpelukan, Seo mengisyaratkan Yuno untuk melihat siapa yang tengah berdiri dibalkon.

Yuno terdiam, namun sejurus kemudian ia tersenyum dan menghampiri Virgo. Tangan nya dicekal oleh Seo, yang kini menatapnya sembari menggeleng keras.”Aku tak apa, aku hanya akan menyapa nya, sungguh” ujar Yuno menenangkan dan membuat cekalan Seo mengendur, dan terlepas.

Masih memandangi rembulan, Virgo tidak merasakan langkah kaki yang mendekatinya. Matanya masih fokus menatap indahnya cahaya yang dihasilkan oleh sang rembulan. Sampai suara merdu menyapa gendang telinganya, dan cukup membuat dirinya terperanjat kaget. Di sampingnya berdiri Yuno yang sudah berubah drastis, tidak ada lagi wajah nya yang dulu, karena Yuno sekarang sudah menjadi wanita dewasa yang berhati dingin.

“Halo” sapa Yuno anggun, menopang dagunya dan tersenyum tipis. Virgo melihatnya tanpa berkedip, memastikan apa ini hanya delusi semata atau Yuno benar-benar ada didepannya.

“Yuno….”Virgo kembali memanggil nama gadis yang sudah ia rindukan selama 8 tahun menunggu, tanpa aba-aba ia memeluk erat Yuno. Tak ada brontak dari Yuno, hanya terdiam dan tidak ada balasan untuk Virgo. Hatinya sudah sangat bahagia dan kebahagiaan itu sampai pada titik teratas saat bisa memeluk Yuno tanpa mengingat masa lalu.

“Lepaskan aku” suara sopran Yuno menghentikan aksi Virgo, dengan hati tak rela Virgo melepaskan pelukannya menatap Yuno penuh rindu. Selama beberapa menit mereka dilanda keheningan, berdehem kecil Virgo memulai pembicaraan.

“Bagaimana kabarmu, Yuno?”ia bertanya ramah, memasang senyum se gentle mungkin, siapa tahu Yuno berubah pikiran dan memberinya kesempatan. Yuno masih memasang wajah datarnya, suaranya tertahan ditenggorokan.

 “Baik” ujarnya pelan, lebih memilih menatap bulan yang bersinar terang. Banyak yang berubah darinya, dan ia bukan lah gadis remaja seperti dulu lagi. Tak ada lagi isak tangis yang menemaninya tiap malam, tak ada lagi mata bengkak bak mata panda tiap kali ia terbangun. Toh mereka sudah dewasa, sudah sepatutnya memilih jalan masing-masing meski terikat dengan kenangan masa lalu yang enggan beranjak pergi.

”Kamu sendiri bagaimana? Sudah menikah dengan Laila?”

Virgo menggeleng pelan,”Laila sudah tenang di Surga” ujarnya tersenyum miring. Yuno tidak peduli, bahkan jika Laila mati pun tak sedikit ada rasa iba mampir dihatinya. Tidak akan ada yang berubah meski gadis itu mati. Semua sudah berakhir, tidak boleh ada penyesalan yang berbuah sakit hati. Sudah cukup Yuno memendam rasa sakitnya, dan sudah cukup pula usaha Yuno untuk menyembuhkan sakit hatinya.

“Lalu, dengan siapa kau menikah?” Masih dijawab gelengan, Yuno memilih bungkam.

“Aku menunggumu, Yuno. Aku masih sangat mencintaimu” ucap Virgo tulus, memang benar adanya jika rasa cinta masih membekas dan menancap dalam di relung hatinya. Acap kali dirinya ingin menerjang, memeluk dan mendekap erat sosok gadis yang dicintainya. Tapi itu mustahil, untuk memeluk Yuno saja itu merupakan keajaiban tanpa adanya benjolan dikepalanya.

“Aku juga masih mencintaimu” Terbelalak kaget, mata Virgo membulat disertai perasaan senang membuncah  dihatinya. Ternyata Yuno masih mencintainya,dan perasaan nya terbalas. Penantian nya selama bertahun-tahun tidaklah sia-sia sepenuhnya.

“Kalau begitu-“

“-Tapi kita tak bisa kembali bersama” Yuno menyela dingin, tanpa sedikit emosi terselip dari nada bicaranya. Lidah nya kelu, juga suaranya tercekat enggan terlontar. Virgo merasakan hatinya mencelos, tertusuk dalam dengan ucapan Yuno.

“A-apa maksudmu, Yuno?”

“Meskipun saling mencintai, kita tidak akan pernah bisa bersatu kembali. Kau tahu kenapa? Masa lalu tidak akan bisa diulang, saat nya untuk melupakan semuanya dan melangkah maju” Yuno membalikkan tubuhnya, berjalan tenang dan sama sekali tidak menatap Virgo yang masih mematung di tempatnya berpijak.

“Kamu menyakiti hatiku, sangat bodoh jika aku kembali bersama dengan orang yang sudah menyakitiku” lanjutnya tersenyum, menahan laju air mata nya dengan sekuat tenaga. Yuno memantapkan hatinya, inilah yang terbaik. 

'Ku harap pilihanku tidak salah, Tuhan' Yuno menambahkan dalam hati.

“8 Tahun! 8 tahun aku menunggumu, Yuno! Inikah balasanmu ?!” seru Virgo emosi, ia kalap. Tak tergambar bagaimana perasaan Virgo kini. Hancur, semua sudah hancur! Virgo menghampiri Yuno, mencekal pergelangan tangan wanita berusia 25 tahun itu dan menatapnya berang. Namun Yuno masih diam, tak sedikitpun ada niatan untuk membalas pelototan dari sang mantan kekasih.

“Lalu? Apa maumu? Kembali bersama dan memadu kisah cinta kita? Jangan bercanda” sahut Yuno menepis tangan Virgo, matanya menyorot dingin layaknya es. Ia tak pernah main-main dengan ucapannya dan hatinya sudah terkunci untuk Virgo. Tidak ada yang namanya kesempatan kedua, omong kosong dengan itu.

“Aku mohon! Aku mencintaimu! Kembalilah padaku! Aku bisa gila tanpamu!” tangannya menangkup pipi Yuno, membelai nya penuh kasih seakan wanita-nya akan pergi untuk selamanya.

“Bagus, dengan begitu kau bisa menjadi penghuni tetap Rumah Sakit Jiwa. Dan aku tak perlu melihatmu lagi” Yuno menyahut sinis, kembali melangkahkan kakinya untuk pergi. Di depan sana, berdiri dengan kokoh sosok Eru lengkap dengan balutan kemeja merah maroon nya. Matanya menatap Virgo tajam, dan meraih lengan Yuno untuk membawanya pergi.

“Selamat tinggal~” keduanya hilang ditelan kerumunan penghuni reuni. Dan Virgo, meratapi nasibnya. Kakinya lemas untuk sekedar menopang tubuhnya dan ia pun ambruk. Yuno telah pergi, tidak ada lagi kesempatan untuknya, semua memang sudah berakhir tak peduli seberapa keras usahanya.




Eru dan Yuno terdiam, mereka berada didalam mobil milik Eru yang sengaja diparkir didepan gedung.

“Jadi, apa rencanamu? Kembali ke London?” tanya Eru tidak betah berlama-lama diam. Bukan image nya menjadi sosok pendiam nan dingin, Eru lebih suka untuk berbicara panjang lebar.

Yuno hanya menatap nya tanpa berbicara, menarik nafasnya dan menghembuskan nya perlahan.


”Hei Eru…” Eru menoleh, dilihatnya Yuno tersenyum manis namun dengan aura yang mencurigakan.

“Apa maumu?” tanya Eru malas, sudah hafal dengan kebiasaan sahabat nya jika menginginkan sesuatu.

“Ayo menikah !”

“Apa ?”




                                              TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar