PAST
OR FUTURE?
By
: Amanda Lactis
Keduanya saling bertatapan, enggan membuka
suara. Emosi terpendam tersirat dari wajah keduanya, namun mereka masih keras
kepala untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Helaan nafas terdengar
samar, pemuda tampan bersurai blonde mengusap rambutnya sesekali mengalihkan
pandangan nya dari gadis didepannya yang masih setia menunggu ucapan nya.
“Maafkan aku, pergilah bersamanya. Aku merelekan mu
dengan dirinya yang jauh lebih baik dariku” ujar pemuda yang bernama
Virgo, enggan membuat kontak langsung dengan gadis yang kini balik menatapnya
shock. Tersenyum maklum sembari menangkup pipi putih gadis yang sudah bertittle
mantan kekasihnya kini, Virgo membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah
pergi. Suara khas sopran dari Yuno (mantan kekasihnya) menghentikan langkah nya.
“Bertahun-tahun aku menunggumu, mencintai mu dan
saat ada orang lain yang kenyatan nya sahabatku kamu merelakan ku begitu saja” Yuno
menahan isak tangisnya, bahunya bergetar lembut diikuti tetes demi tetes air
mata yang membasahi kedua belah pipinya. Virgo tersentak, bohong jika dirinya
rela melepaskan gadis yang dicintai kepada orang lain tapi melihat kedekatan
Yuno dan laki-laki itu, membuatnya mengerti akan hatinya.
“Yuno dengarkan aku-“
“-Kau yang diam, biarkan aku jelaskan semuanya” sela
Yuno keras kepala. Bibir plumnya terkatup rapat, menahan gejolak emosi yang ingin
dikeluarkan tak peduli jika Virgo berubah pikiran nantinya.
“Aku mencintaimu, jujur. Aku sangat bahagia saat kau
menyatakan perasaan mu dan kebahagiaan ku sampai pada puncaknya ketika kita
resmi berpacaran. Namun sikapmu berubah total, sejak kedatangan Eru dari
London. Berapa kali sudah ku katakan? Dia sahabatku sejak kecil, kenapa kamu
tidak kunjung mengerti?!” Yuno berseru kencang, tubuh mungilnya jatuh
terduduk, kakinya lemas dan akhirnya ia ambruk. Virgo tercekat, hampir saja
tubuhnya beranjak ingin meraih Yuno, tapi itu hanya niat belaka.
“Dan kamu lebih menyakitiku saat dengan teganya
kamu mengumumkan akan bertunangan dengan Laila! Pernah kah sedikit saja kamu
mengerti perasaanku?!” lanjutnya, dengan kasar menyeka air matanya yang tak
kunjung berhenti mengalir. Virgo menatapnya iba, penuh simpatik tulus. Nasi sudah
bubur, akan terlihat pengecut jika ia berubah pikiran.
Yuno memejamkan matanya sejenak, menghirup oksigen
sebanyak yang ia bisa dan menghembuskan nya perlahan. Saat dirasa mulai
tenang, ditatapnya Virgo datar tanpa ada ekspresi apapun seolah kejadian tadi
hanya mimpi.”Tapi baik, akan kuturuti keinginanmu. Dan ku harap tidak ada
penyesalan dihatimu, kelak” Yuno berdiri, menepuk coat nya dan merapikan rambutnya
yang sempat berantakan. Tanpa mengatakan apapun, ia berbalik lalu berjalan
meninggalkan Virgo sendirian. Yuno bertekad untuk melupakan sosok
Virgo, menghapus kenangan indah yang terukir dalam di lubuk hatinya. Dan cara yang
paling mudah untuk melakukan itu, tentunya dengan tidak melihat Virgo bukan?
Dengan cekatan Yuno menekan tombol di ponsel
touchscreen nya, menghubungi seseorang,”Bu, aku berubah pikiran. Tolong atur
jadwal penerbangan ku secepatnya, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di
Amsterdam” Setelah itu,Yuno menghapus semua yang berhubungan dengan Virgo, tak
terkecuali.
“Jika memang ini cara terbaik, kumohon Tuhan buat
aku melupakan nya tanpa sisa sedikitpun” Yuno berdoa dalam hati.
Esoknya Virgo mencari Yuno di kelasnya, tak
mempedulikan calon tunangan nya yang merengek ingin dicumbu. Terima kasih untuk
mata tajamnya, ia melihat siluet sahabat Yuno, yang sedang membicarakan satu
hal. Tak ingin ketahuan sedang mencuri dengar, Virgo mengendap-endap layaknya
pencuri.
“Kau bohong, kan? Mana mungkin Yuno sudah pergi
begitu saja?! Tanpa pamit?!”
“Aku tidak bohong, sungguh. Memangnya kau tidak
membuka e-mail?”
“Malas, aku tidak membukanya lagi”
“Dia pergi, dengan hati yang sedih juga sakit, Seo”
“Maksudmu? Si brengsek itu menyakitinya” Virgo
merasa tersinggung, namun masih setia mendengar percakapan mereka.
“Singkatnya begitu, dan Yuno bilang tak akan
kembali lagi”
Untuk pertama kalinya Virgo merasa hatinya
kosong, hampa tanpa ada yang mengisi. Gadis yang dicintainya telah pergi, untuk waktu yang lama sekali. Sebersit keraguan mendadak mampir dihatinya, jika bertemu
kembali pun, apa Yuno tetap bisa menjadi dirinya yang dulu? Setelah disakiti
oleh Virgo? Entahlah, Virgo menyembah didepan banyak orang pun tak bisa
menyembuhkan luka dihati Yuno.
‘Setelah aku menyakitimu, mengapa kau pergi?
Setidaknya tampar lah aku, Yuno’ batin Virgo merasakan sesak didadanya. Munafik
jika ia berkata tidak mencintai Yuno, dusta lah dirinya. Yuno terlanjur sakit
hati, lalu ia bisa apa? Dimaafkan Yuno saja, Virgo sangat bersyukur.
“Seo, dimana Eru?” Virgo bertanya cepat, meremas
bahu gadis tomboy sahabat Yuno yang saat ini menatapnya tajam mematikan.
“Pertama jangan menyentuhku, aku tidak mau Nero
menghajarmu. Kedua, Eru pergi bersama Yuno kemarin dan Ketiga, ku harap KAU tidak
mencari kabar dari NYA!” sahut Seo melengos pergi, Virgo mengerang
frustasi. Ternyata firasatnya benar, Eru ikut serta dalam kepergian Yuno. Kau
merelakan nya, Virgo? Menggeleng ragu, Virgo menyeret kedua kakinya untuk enyah
dari sana hendak menenangkan diri.
BANDARA NARITA
Yuno duduk dengan tenang diruang tunggu usai
melakukan boarding pass. Kaki jenjangnya ditumpukkan satu sama lain dengan
anggun. Rambut panjang nya yang indah terpangkas habis mencapai leher, dengan
potongan yang jauh dari kata rapi. Yuno hanya mengenakan celana jeans hitam, dan
hoodie kesukaan nya. Sepatu boot berhak 3 cm ikut menghiasi tampilan
barunya. Well, banyak yang bilang memotong rambut membuang sial. Mungkin Yuno
mengikuti petuah jaman dulu. Kedua telinga nya disumpal headset, alunan lagu
mellow terdengar samar. Tersenyum tipis sesekali melirik jam tangan seiko yang melingkar manis dipergelangan
tangan kirinya. Di samping Yuno duduk Eru yang asik membaca novel misteri
kesukaan nya yang ketebalan nya mencapai 357 halaman.
“Pesawat take off 30 menit lagi, ku rasa aku ingin
membeli secangkir kopi. Kau mau?” tawar Eru yang akhirnya berdiri dan merapikan
tatanan rambut bak model nya. Yuno mengangguk singkat, masih sibuk memilah lagu
untuk didengarkan. Eru menggeleng maklum, memutuskan keluar untuk mencari kopi
untuknya dan pesanan Yuno. Tanpa diberitahu pun Eru tahu segala nya tentang
gadis yang merupakan sahabat baiknya itu. Sampai kejadian memalukan pun masih terekam dengan
baik, tanpa ada lecet layaknya kaset baru. Eru ingin tertawa mengingat itu.
Namun
mengingat kepergian Yuno bersamanya dilandasi sakit hati dan kekecewaan membuat
Eru mau tak mau geram sendiri. Bagaimana bisa Virgo mengira jika dirinya dan
Yuno memiliki affair? Bodoh, brengsek, pengecut entah berapa kali Eru melayangkan
makian kasar untuk pemuda yang notabene idola sekolah macam Virgo. Tapi sebersit
pikiran sinting mampir dikepala Eru. Apa semua pemuda tampan dan keren selalu
brengsek? Bukankah kau sendiri tampan, Eru?
‘Aku memang tampan, banyak perempuan menggilai
ku, tapi setidaknya aku tidak brengsek’ Eru membatin dengan percaya diri
setengah memuji dirinya tanpa ia sadari. Masih dengan rasa percaya dirinya, Eru
memesan segelas Americano Coffe, Expresso Coffe dan 2 buah roti melon. Yuno
memang gemar meminum kopi pahit, apalagi sebelum bepergian. Kadar kafein dicairan
hitam pekat seperti kopi menurut Yuno bisa menghilangkan stress.
“Ini, kopimu. Kesukaan mu, kan? Americano..?” Eru
meletakkan kopi Yuno di dekatnya, disambut gumaman terima kasih dari
Yuno. Mengendikkan bahu, ikut menikmati kopi hitam beraroma lezat. Yuno menyesap
kopinya, merasakan pahitnya cairan hitam terkecap dilidahnya.
Eru menatap sosok sahabatnya dalam diam, tersirat
secuil kekaguman didalamnya. Gadis yang notabene sahabat nya ini memang
unik, bagaimana bisa ia meminum kopi teramat pahit dengan santai begitu?,”Hei
Yuno, kamu tidak berniat menikahiku? Aku laki-laki yang lebih baik dari
Virgo, bukan?” menoleh dengan cepat, alis terangkat naik diikuti tatapan aneh
dari Yuno, membuat Eru salah tingkah.
“Kamu melamarku? Atau ini April Mop kedua? Jika iya, hentikan
atau kepalamu akan benjol” Yuno mendesis tajam, dirinya saat ini sedang malas
untuk sekedar bercanda mengingat banyak yang harus dilakukan untuk mengurusi
administrasi kuliahnya nanti. Eru melambaikan tangannya dan tertawa kering, bulu
kuduknya meremang mendengar nada bicara Yuno, sudah jelas jika Yuno marah kan?.
“Pesawat
dengan tujuan Amsterdam, nomor penerbangan **** harap menuju pintu yang sudah
disediakan”
Yuno bergegas, membuang gelas plastik kosong
mengingat kopinya sudah habis. Eru mengikuti jejak Yuno, bergegas menarik
kopernya menuju apron pesawat.
Dilain tempat, Virgo layaknya seorang
zombie.Matanya memandang kosong, pikiran nya melayang entah kemana, diikuti
perasaan kalut juga cemas. Sudah sangat terlambat untuk menyusul Yuno, atau
memang Virgo masih meragukan pendengaran nya jika Yuno sudah pergi dalam jangka
waktu yang tidak diketahui. Cintanya telah pergi, dengan bodoh nya Virgo malah
terdiam pada tempatnya berpijak. Tatapan sinis dari Seo juga diabaikan, Virgo
benar-benar menyesali keputusan nya kala itu. Jika memang eksistensi mesin waktu
sudah ada diera ini, Virgo pasti sudah mengembalikan waktu agar bisa kembali
bersama Yuno.
“Terlambat, dan kau bodoh” Virgo bergumam
lirih, mengejek kebodohan nya, menertawakan kepengecutan nya tapi semua sudah sia-sia. Yuno, sudah
membulatkan tekadnya dengan pergi bersama rasa sakit yang ditorehkan oleh
Virgo.
Manik obsidian Virgo tak sengaja bersibobrok
dengan siluet 2 siswa dan siswi yang merupakan adik kelasnya. Keduanya saling
bercanda ria, mengingatkan nya dengan Yuno dulu. Apa yang ia harapkan, terlalu
berlebihan rasanya meminta Yuno kembali dengan nya. Tuhan pasti sudah
mengutuknya, karena sudah berani menyakiti mahluk yang dikasihi-Nya. Tertawa
hambar, mengusap surai nya frustasi dan Virgo hanya bisa berdoa. Berdoa agar
dapat kembali bertemu dengan gadis yang pernah dicintainya.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, tak terasa
sudah 8 tahun berlalu. Virgo masih setia menunggu Yuno, meski sempat dicaci oleh
sahabat Yuno juga kedua orang tuanya yang berpikir jika Virgo benar-benar
bodoh. Calon tunangan nya dikabarkan tewas dalam kecelakaan menjelang acara
pertunangan mereka 8 tahun silam. Entah harus berbahagia atau bersedih, Virgo
merasa tak ada lagi batu yang menghalangi jika memang ia ingin kembali bersatu
dengan Yuno.
Kakak sulungnya bahkan sudah menikah dan
dikaruniai 2 anak, dan pindah ke luar negeri bersama istrinya. Virgo tersenyum
kecut, ia tertinggal jauh. Apa daya nya yang masih menunggu gadis bersurai
sewarna senja yang indah.
“Sudah 8 tahun, Yuno. Sampai kapan kamu mau
menghukum ku? Ku mohon kembalilah” lirih Virgo menatap terangnya rembulan
dimalam yang sunyi. Ego nya yang terlampau tinggi, menolak ajakan kakak sulungnya
saat keluar negeri tempat dimana Yuno bersembunyi darinya.
“Kak Virgo! Ada undangan reuni untukmu besok
malam, datanglah!” suara nyaring khas bocah dari adik bungsunya, menyeret dirinya
untuk kembali ke realita. Virgo tersentak.
“Aku akan datang, dan lebih baik kau tidur” sahut
Virgo datar.
‘Ku harap kamu akan datang, Yuno. Jika memang kamu
masih sendiri akan kuperjuangkan, tapi saat kulihat seorang pria bersama mu maka
aku akan mundur’ batin Virgo meyakinkan dirinya.
“Ya ampun! Kamu datang?!” seru Seo horror
mendapati Virgo berdiri tegap dengan setelan jas armani. Manik azurenya
menelusuri perubahan selama 8 tahun pada diri Virgo.
“Aku mendapatkan undangan nya, tentu aku datang” Virgo
menyahut malas. Seo menggeram emosi, mulutnya hampir saja melontarkan cacian
kasar namun Nero suaminya dengan sigap membekap mulutnya.
“Ada anak kita disini, sayang. Tenanglah” bisik nya
lembut, Seo membuang mukanya dan berdecih sebal melengos dan meninggalkan Virgo
sendirian ditengah keramaian dan lautan manusia.
Virgo membenci keramaian, itu sudah menjadi rahasia
umum jika sang CEO dari perusahaan terkenal seperti Virgo malas, tidak sangat
malas apabila berurusan dengan pesta dan
semacamnya. Motivasinya kemari adalah iming-iming kedatangan Yuno, kata Seo yang
tadi sempat keceplosan. Memilih sendiri, Virgo berjalan menuju balkon dan matanya
menerawang jauh ke masa lalu. Ia tidak tahu,jika Yuno sudah ada didalam ruangan
itu bersamanya.
Yuno datang mengenakan coat berwarna cokelat
muda,mencapai lututnya. Handbad tersampir apik dilengan nya, sepatu boots hitam
elegan menghias kaki jenjang nya. Jangan lupakan rambut Yuno yang
memanjang, sudah sampai sepinggang yang hanya diikat ekor kuda. Make up
tipis, masih terkait kebiasaan lamanya yang sangsi dengan segala jenis make
up. Yuno berjalan tenang, tak mempedulikan bisikan kagum dari orang-orang yang notabene
teman se angkatan nya dulu.
“Tadaima” ia berujar lembut, suara nya membius
seluruh orang-orang yang ada diruangan itu. Tak terkecuali Seo yang berhasil
menguasai diri dan memeluk erat sosok sahabat nya yang sudah dirindukan nya
sejak dulu.”Kamu terlalu lama, Yuno. Lihatlah, aku bahkan sudah memiliki anak” Seo
berbisik lirih tak kuasa menahan tangis nya. Yuno mengusap punggung sahabatnya
lembut, menenangkan nya. Setelah berpelukan, Seo mengisyaratkan Yuno untuk melihat
siapa yang tengah berdiri dibalkon.
Yuno terdiam, namun sejurus kemudian ia tersenyum
dan menghampiri Virgo. Tangan nya dicekal oleh Seo, yang kini menatapnya sembari
menggeleng keras.”Aku tak apa, aku hanya akan menyapa nya, sungguh” ujar Yuno
menenangkan dan membuat cekalan Seo mengendur, dan terlepas.
Masih memandangi rembulan, Virgo tidak merasakan
langkah kaki yang mendekatinya. Matanya masih fokus menatap indahnya cahaya yang
dihasilkan oleh sang rembulan. Sampai suara merdu menyapa gendang telinganya, dan
cukup membuat dirinya terperanjat kaget. Di sampingnya berdiri Yuno yang sudah
berubah drastis, tidak ada lagi wajah nya yang dulu, karena Yuno sekarang sudah
menjadi wanita dewasa yang berhati dingin.
“Halo” sapa Yuno anggun, menopang dagunya dan
tersenyum tipis. Virgo melihatnya tanpa berkedip, memastikan apa ini hanya delusi
semata atau Yuno benar-benar ada didepannya.
“Yuno….”Virgo kembali memanggil nama gadis yang
sudah ia rindukan selama 8 tahun menunggu, tanpa aba-aba ia memeluk erat
Yuno. Tak ada brontak dari Yuno, hanya terdiam dan tidak ada balasan untuk
Virgo. Hatinya sudah sangat bahagia dan kebahagiaan itu sampai pada titik
teratas saat bisa memeluk Yuno tanpa mengingat masa lalu.
“Lepaskan aku” suara sopran Yuno menghentikan aksi
Virgo, dengan hati tak rela Virgo melepaskan pelukannya menatap Yuno penuh
rindu. Selama beberapa menit mereka dilanda keheningan, berdehem kecil Virgo
memulai pembicaraan.
“Bagaimana kabarmu, Yuno?”ia bertanya
ramah, memasang senyum se gentle mungkin, siapa tahu Yuno berubah pikiran dan
memberinya kesempatan. Yuno masih memasang wajah datarnya, suaranya tertahan
ditenggorokan.
“Baik” ujarnya pelan, lebih memilih menatap bulan
yang bersinar terang. Banyak yang berubah darinya, dan ia bukan lah gadis remaja
seperti dulu lagi. Tak ada lagi isak tangis yang menemaninya tiap malam, tak ada
lagi mata bengkak bak mata panda tiap kali ia terbangun. Toh mereka sudah
dewasa, sudah sepatutnya memilih jalan masing-masing meski terikat dengan
kenangan masa lalu yang enggan beranjak pergi.
”Kamu sendiri bagaimana? Sudah
menikah dengan Laila?”
Virgo menggeleng pelan,”Laila sudah tenang di
Surga” ujarnya tersenyum miring. Yuno tidak peduli, bahkan jika Laila mati pun
tak sedikit ada rasa iba mampir dihatinya. Tidak akan ada yang berubah meski gadis itu mati. Semua sudah berakhir, tidak boleh ada
penyesalan yang berbuah sakit hati. Sudah cukup Yuno memendam rasa sakitnya, dan
sudah cukup pula usaha Yuno untuk menyembuhkan sakit hatinya.
“Lalu, dengan siapa kau menikah?” Masih dijawab
gelengan, Yuno memilih bungkam.
“Aku menunggumu, Yuno. Aku masih sangat mencintaimu”
ucap Virgo tulus, memang benar adanya jika rasa cinta masih membekas dan
menancap dalam di relung hatinya. Acap kali dirinya ingin menerjang, memeluk dan
mendekap erat sosok gadis yang dicintainya. Tapi itu mustahil, untuk memeluk Yuno
saja itu merupakan keajaiban tanpa adanya benjolan dikepalanya.
“Aku juga masih mencintaimu” Terbelalak kaget, mata
Virgo membulat disertai perasaan senang membuncah dihatinya. Ternyata Yuno masih
mencintainya,dan perasaan nya terbalas. Penantian nya selama bertahun-tahun
tidaklah sia-sia sepenuhnya.
“Kalau begitu-“
“-Tapi kita tak bisa kembali bersama” Yuno menyela
dingin, tanpa sedikit emosi terselip dari nada bicaranya. Lidah nya kelu, juga
suaranya tercekat enggan terlontar. Virgo merasakan hatinya mencelos, tertusuk
dalam dengan ucapan Yuno.
“A-apa maksudmu, Yuno?”
“Meskipun saling mencintai, kita tidak akan pernah
bisa bersatu kembali. Kau tahu kenapa? Masa lalu tidak akan bisa diulang, saat
nya untuk melupakan semuanya dan melangkah maju” Yuno membalikkan
tubuhnya, berjalan tenang dan sama sekali tidak menatap Virgo yang masih
mematung di tempatnya berpijak.
“Kamu menyakiti hatiku, sangat bodoh jika aku
kembali bersama dengan orang yang sudah menyakitiku” lanjutnya
tersenyum, menahan laju air mata nya dengan sekuat tenaga. Yuno memantapkan
hatinya, inilah yang terbaik.
'Ku harap
pilihanku tidak salah, Tuhan' Yuno menambahkan dalam hati.
“8 Tahun! 8 tahun aku menunggumu, Yuno! Inikah
balasanmu ?!” seru Virgo emosi, ia kalap. Tak tergambar bagaimana perasaan Virgo
kini. Hancur, semua sudah hancur! Virgo menghampiri Yuno, mencekal pergelangan
tangan wanita berusia 25 tahun itu dan menatapnya berang. Namun Yuno masih
diam, tak sedikitpun ada niatan untuk membalas pelototan dari sang mantan
kekasih.
“Lalu? Apa maumu? Kembali bersama dan memadu kisah
cinta kita? Jangan bercanda” sahut Yuno menepis tangan Virgo, matanya menyorot
dingin layaknya es. Ia tak pernah main-main dengan ucapannya dan hatinya sudah
terkunci untuk Virgo. Tidak ada yang namanya kesempatan kedua, omong kosong
dengan itu.
“Aku mohon! Aku mencintaimu! Kembalilah padaku!
Aku bisa gila tanpamu!” tangannya menangkup pipi Yuno, membelai nya penuh kasih
seakan wanita-nya akan pergi untuk selamanya.
“Bagus, dengan begitu kau bisa menjadi penghuni
tetap Rumah Sakit Jiwa. Dan aku tak perlu melihatmu lagi” Yuno menyahut
sinis, kembali melangkahkan kakinya untuk pergi. Di depan sana, berdiri dengan
kokoh sosok Eru lengkap dengan balutan kemeja merah maroon nya. Matanya menatap
Virgo tajam, dan meraih lengan Yuno untuk membawanya pergi.
“Selamat tinggal~” keduanya hilang ditelan
kerumunan penghuni reuni. Dan Virgo, meratapi nasibnya. Kakinya lemas untuk sekedar
menopang tubuhnya dan ia pun ambruk. Yuno telah pergi, tidak ada lagi kesempatan
untuknya, semua memang sudah berakhir tak peduli seberapa keras usahanya.
Eru dan Yuno terdiam, mereka berada didalam mobil
milik Eru yang sengaja diparkir didepan gedung.
“Jadi, apa rencanamu? Kembali ke London?” tanya Eru
tidak betah berlama-lama diam. Bukan image nya menjadi sosok pendiam nan
dingin, Eru lebih suka untuk berbicara panjang lebar.
Yuno hanya menatap nya tanpa berbicara, menarik
nafasnya dan menghembuskan nya perlahan.
”Hei Eru…” Eru menoleh, dilihatnya Yuno tersenyum
manis namun dengan aura yang mencurigakan.
“Apa maumu?” tanya Eru malas, sudah hafal dengan
kebiasaan sahabat nya jika menginginkan sesuatu.
“Ayo menikah !”
“Apa ?”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar