Pages

Translate

Kamis, 21 Januari 2016

I'm Sorry Good Bye



“I’M SORRY GOOD BYE”


By : Amanda Lactis


Menyukai seseorang tidak sesederhana itu, menyatakan dan bersama selamanya itu hanyalah imajinasi tinggi seorang sutradara yang dituangkan dalam sebuah film. Meski begitu, banyak remaja yang berimpian memiliki kekasih tampan bak pangeran berkuda putih, terdengar naïve memang sayangnya itu juga terjadi pada nya. Tapi ia terlalu munafik untuk mengakui perasaan nya, pada orang yang dia suka sejak 3 bulan lalu, memendam nya sendiri tanpa tahu akan mendapat respon baik nantinya.


“Aku mencintaimu, sangat. Tapi ia lebih membutuhkan ku, selamat tinggal” itu bukan kalimat yang ia tunggu setelah menyatakan perasaan nya, mengingkari harga diri sebagai seorang mahluk berkodrat wanita. Pria yang berdiri tepat didepan nya hanya bisa mengulum senyum simpatik, lagi-lagi menolak hati gadis yang ia cintai demi menjaga hati lain nya.


Mencoba tersenyum, Lexa menggeleng tanda ia baik-baik saja.”Tak masalah. Terima kasih sudah menolakku dengan jelas, Cyelo” balasnya dengan nada bergetar, berbalik arah dan menangis dalam hati. Biarlah ia menenangkan diri dengan hatinya yang terlanjur patah. Mungkin menangis semalaman tak masalah untuknya.





Mencoba bangkit saat terjatuh tak semudah yang dibayangkan, Lexa hanya mematut pantulan dirinya dicermin kala melihat kantung mata yang menghitam akibat begadang sampai pukul 3 dini hari, untung saja kedua orang tuanya dinas luar kota tak akan ada yang memarahi nya tentu saja.


“Ah! Lexa! Selamat pagi~!” sapa seorang pemuda dengan dandanan casual ala boyband Korea, mengulas senyum lebar namun tulus mau tak mau membuat Lexa ikut serta tersenyum meski tipis. Hatinya tak semudah itu untuk sembuh dan melakukan rutinitas sehari-hari. Sedangkan Cyelo tampak berjalan bersama seorang gadis dengan surai magenta gradasi violet, memasang wajah datarnya seperti biasa.


 “Selamat pagi, Axect. Kita ada kelas yang sama? Tumben datang sepagi ini” sahut Lexa dengan nada seperti biasa, Axect mengangguk antusias berjalan beriringan berdua dengan gadis yang sudah lama ia sukai sejak semester 1.


“Pulang nanti aku antar ya?” tawar Axect setengah memohon yang kemudia di iyakan Lexa, tak tega melihat wajah melas dari pria dengan tittle Playboy macam Axect.


Cyelo mengalihkan pandangan nya, mendapati Axect yang semakin agresif mendekati Lexa kadang membuat nya jengah seketika. Tunggu dulu. Apa pedulinya? Ia sendiri yang sudah menolak gadis itu. Ia sendiri yang dengan kejam meninggalkan gadis itu sendirian tanpa memikirkan hati nya. Sudah sepatutnya gadis itu mencari cinta yang baru, bukan?


“Cyelo? Ada yang salah?” gadis disamping nya bertanya heran, menarik ujung kemeja biru Cyelo, menyeret nya kembali ke dunia nyata.


Cyelo tersentak, menatap balik Ryrna yang heran melihat sikapnya.”Tak apa, hanya saja…”


“Hanya saja…?”


“Lupakan”


Bukan tak mungkin Lexa dan Axect akan menjadi sepasang kekasih, buktinya saja pemuda itu rela mengantar sang gadis yang jelas rumah nya berlawanan arah selamat sampai tujuan. Cyelo hanya memandang dari jauh, memendam emosi yang tak tersampaikan.


‘Ayolah kau sudah menolaknya, bodoh. Lupakan dia’ batinnya berkecamuk kacau, sisi logika dan perasaan nya ikut berperang. Bisa saja ia melabrak Axect karena seenaknya mendekati gadis yang ia cintai dengan tulus, sekali lagi itu tak mungkin baginya. Hipokrit, begitulah refleksi kepribadian nya.



“Lexa?” bukan bermaksud menyapa, mulutnya tak tahan untuk diam saja dikala gadis itu berjalan seolah tak menganggap nya ada. Lexa menoleh, tersenyum menganggukkan kepala dan melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Cyelo tercekat dalam batin. Penolakan secara tak langsung ia dapatkan dari gadis yang sempat menyatakan cinta padanya 2 hari yang lalu? Secepat itu kah? Ia membatin resah.



“Hei kamu sudah melupakan ku sepertinya, itu bagus” suaranya parau, nyaris tak terlontar saat Cyelo dengan paksa mengejar sosok Lexa yang kian menjauh, gadis itu hanya bisa memendam seuntai kalimat caci maki dalam pikiran nya, tak berniat melontarkan nya walau sebiji.


“Melupakan orang yang kita cintai tak semudah itu, aku hanya bersikap begitu. Ada yang salah?” sahut Lexa tersenyum, dengan paksa tentunya. Cyelo butuh pengendalian diri yang besar untuk melawan kata hatinya yang menyuruh nya untuk setidaknya menenangkan hati gadis didepannya, hati yang sudah ia patahkan beberapa saat lalu.





 “Lexa, kamu mengerti keadaan ku” mencoba netral, membasahi kerongkongan nya sehingga terciptalah kobohongan kecil. Lexa tersenyum tipis tersirat kepedihan, mengangguk paham.


“Maka dari itu ku mohon, jangan pernah bersikap seolah kamu mengenalku. Biarkan aku tenang dengan hati ku yang terlanjur patah.” Lexa meninggalkan Cyelo ditempatnya berpijak, sedetik kemudian Axect muncul dengan guyonan khas nya merangkul pundak Lexa seperti biasa yang mengundang rasa sesak menyebalkan hinggap dihati Cyelo.


‘Pria brengsek itu’



“Lexa! Mau makan bersama? Sepulang sekolah di McD! Bagaimana?” Axect datang dengan wajah memelas untuk yang kesekian kalinya dalam kurun waktu seminggu. Lexa jenuh tanpa alasan. Pasalnya, lelaki yang satu kelas, satu jurusan dengannya itu akhir-akhir ini makin agresif mendekatinya dan mencuri kesempatan untuk berduaan dengannya. Bukan berarti dirinya ingin berspekulasi Axect menaruh rasa padanya, hanya saja terdengar aneh untuknya.


“Baiklah, aku akan membereskan ini dulu” Lexa mengangguk lesu, setengah hati sebenarnya. Tapi menolak ajakan lelaki itu bisa mematahkan semangat yang sudah membuatnya bangkit dari masa keterpurukan nya. Perkara hati patah tolakan dari Cyelo.


“Bisakah kamu berhenti mendekati Lexa,  Axect? Kalian membuatku muak” datang satu orang yang Lexa hindari mati-matian, Cyelo datang lengkap dengan gandengan nya, gadis berparas manis yang manja. Oh bagus sekali, Lexa ini mungkin hari burukmu. Dewi Fortuna membenci mu sekarang.


“Hei ada masalah dengan itu? Lexa sendiri tak pernah menolak ajakan ku!” protes Axect merasa benar, bukan kah tak ada yang terusik dengan sikapnya yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan intim dengan gadis itu? Lantas mengapa Cyelo terlihat jengah melihat kedekatan nya?


 “Tentu saja ada”


“Memang kamu siapanya? Pacarnya? Ayah nya? Bukan! Kamu hanya orang asing!” Cyelo tersentak, kata-kata itu menohok hatinya melebihi apapun. Axect memicingkan mata nya,menyorot tajam penuh benci akan sosok Cyelo yang seenaknya menganggu hubungan nya dengan Lexa.


“Aku…..”


“Sudahlah,Axect.Kita pergi saja. Kami permisi….” Lexa memutuskan menarik tangan Axect, yakin dengan watak lelaki itu yang mudah tersulut emosi membuatnya lebih baik menghindari masalah. Mengacuhkan Cyelo yang masih menatapnya dengan sorot mata tak terdeskripsikan, menyahuti lirih tak tersampaikan.



“Dengarkan aku, Lexa. Hei!” kalau saja lorong Universitas mereka tak sepi mungkin Cyelo tak akan berani menyerukan nama gadis itu, terlebih Lexa hanya memilih berlari menghindari Cyelo.


GRAB!


“Hei tunggu! Apa masalahmu?!”


“Justru apa masalahmu! Aku berhak dekat dengan siapapun! Kenapa kamu selalu mencampuri urusanku?!” mencurahkan semua yang ia rasakan, Lexa menghembuskan nafasnya panjang. Cyelo menggigit bibir bawahnya kaku, enggan bertatap mata dengan sang gadis.


“Aku … hanya merasa kesal…terlebih saat melihat Axect mendekatimu..itu saja…”


Lexa mendengus sebal,”Kita tak memiliki hubungan apa-apa. Kamu menolakku, aku mundur dan selesai. Apa ada yang kurang jelas?”


“Aku mencintaimu, Lexa kamu tahu benar itu”


“Oh ya kamu mencintai ku, dan kau juga yang menolakku dan menyuruhku mundur demi sebuah hati yang harus kamu jaga seumur hidup!” air matanya mengalir perlahan, menganak sungai membasahi kedua belah pipi nya yang kian memerah. Lexa menyeka air matanya kasar.


Cyelo hanya bisa terdiam, niat hati ingin mengusap air mata yang tak berhenti dari mata indah Lexa.”Aku ingin bersama mu, aku menyayangi mu Lexa. Tapi, Ryrna lebih membutuhkan ku, keberadaan ku disisinya” bisiknya rendah, berharap agar gadis itu mengerti kondisinya.


Lexa meraung keras,”Kamu egois! Jika memang begitu putuskan! Mana yang harus kamu lepaskan! Aku atau gadis itu! Kebimbangan itu akan terus ada dihatimu!” hatinya tak sekuat itu, ia wanita biasa bukan seperti yang ibunya harapkan. Ia pun pernah sakit hati, tapi tak sepedih ini. Cyelo yang egois, atau dirinya yang terlalu lemah untuk membangun tameng dihatinya? Cyelo yang brengsek atau dirinya yang memang sulit melupakan eksistensi laki-laki itu?


“Lexa, aku mencintaimu..sungguh…”


“Sepertinya ini sia-sia, aku permisi. Mulai besok akan kuusahakan untuk tidak menampakkan diri didepan mu.” Lexa berjalan menjauhi Cyelo, menjauhi masa lalunya dan berjalan tanpa arah, clueless. Biarlah, terserah sampai mana kakinya menuntun akan ia ikuti. Toh, yang terpenting ia sudah mengungkapkan semua yang ingin ia ucapkan sejak kemarin.


‘Karena orang yang mencintaimu, belum tentu akan memilih mu’ tambah nya dalam hati.



                                   
                                        THE END

Note : *Hipokrit : Munafik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar