“I’M
SORRY GOOD BYE”
By
: Amanda Lactis
Menyukai seseorang tidak sesederhana
itu, menyatakan dan bersama selamanya itu hanyalah imajinasi tinggi seorang
sutradara yang dituangkan dalam sebuah film. Meski begitu, banyak remaja yang
berimpian memiliki kekasih tampan bak pangeran berkuda putih, terdengar naïve
memang sayangnya itu juga terjadi pada nya. Tapi ia terlalu munafik untuk
mengakui perasaan nya, pada orang yang dia suka sejak 3 bulan lalu, memendam nya
sendiri tanpa tahu akan mendapat respon baik nantinya.
“Aku mencintaimu, sangat. Tapi ia lebih membutuhkan
ku, selamat tinggal” itu bukan kalimat yang ia tunggu setelah menyatakan
perasaan nya, mengingkari harga diri sebagai seorang mahluk berkodrat wanita. Pria
yang berdiri tepat didepan nya hanya bisa mengulum senyum simpatik, lagi-lagi
menolak hati gadis yang ia cintai demi menjaga hati lain nya.
Mencoba tersenyum, Lexa menggeleng tanda ia
baik-baik saja.”Tak masalah. Terima kasih sudah menolakku dengan jelas, Cyelo”
balasnya dengan nada bergetar, berbalik arah dan menangis dalam hati. Biarlah ia
menenangkan diri dengan hatinya yang terlanjur patah. Mungkin menangis semalaman
tak masalah untuknya.
Mencoba bangkit saat terjatuh tak semudah yang
dibayangkan, Lexa hanya mematut pantulan dirinya dicermin kala melihat kantung
mata yang menghitam akibat begadang sampai pukul 3 dini hari, untung saja kedua
orang tuanya dinas luar kota tak akan ada yang memarahi nya tentu saja.
“Ah! Lexa! Selamat pagi~!” sapa seorang pemuda
dengan dandanan casual ala boyband Korea, mengulas senyum lebar namun tulus mau
tak mau membuat Lexa ikut serta tersenyum meski tipis. Hatinya tak semudah itu
untuk sembuh dan melakukan rutinitas sehari-hari. Sedangkan Cyelo tampak
berjalan bersama seorang gadis dengan surai magenta gradasi violet, memasang
wajah datarnya seperti biasa.
“Selamat pagi, Axect. Kita ada kelas yang sama?
Tumben datang sepagi ini” sahut Lexa dengan nada seperti biasa, Axect mengangguk
antusias berjalan beriringan berdua dengan gadis yang sudah lama ia sukai sejak
semester 1.
“Pulang nanti aku antar ya?” tawar Axect setengah
memohon yang kemudia di iyakan Lexa, tak tega melihat wajah melas dari pria
dengan tittle Playboy macam Axect.
Cyelo mengalihkan pandangan nya, mendapati Axect
yang semakin agresif mendekati Lexa kadang membuat nya jengah seketika. Tunggu
dulu. Apa pedulinya? Ia sendiri yang sudah menolak gadis itu. Ia sendiri yang
dengan kejam meninggalkan gadis itu sendirian tanpa memikirkan hati nya. Sudah
sepatutnya gadis itu mencari cinta yang baru, bukan?
“Cyelo? Ada yang salah?” gadis disamping nya
bertanya heran, menarik ujung kemeja biru Cyelo, menyeret nya kembali ke dunia
nyata.
Cyelo tersentak, menatap balik Ryrna yang heran
melihat sikapnya.”Tak apa, hanya saja…”
“Hanya saja…?”
“Lupakan”
Bukan tak mungkin Lexa dan Axect akan menjadi
sepasang kekasih, buktinya saja pemuda itu rela mengantar sang gadis yang jelas
rumah nya berlawanan arah selamat sampai tujuan. Cyelo hanya memandang dari
jauh, memendam emosi yang tak tersampaikan.
‘Ayolah kau sudah menolaknya, bodoh. Lupakan dia’
batinnya berkecamuk kacau, sisi logika dan perasaan nya ikut berperang. Bisa saja
ia melabrak Axect karena seenaknya mendekati gadis yang ia cintai dengan
tulus, sekali lagi itu tak mungkin baginya. Hipokrit, begitulah refleksi
kepribadian nya.
“Lexa?” bukan bermaksud menyapa, mulutnya tak tahan
untuk diam saja dikala gadis itu berjalan seolah tak menganggap nya ada. Lexa
menoleh, tersenyum menganggukkan kepala dan melanjutkan perjalanan yang sempat
tertunda. Cyelo tercekat dalam batin. Penolakan secara tak langsung ia dapatkan
dari gadis yang sempat menyatakan cinta padanya 2 hari yang lalu? Secepat itu
kah? Ia membatin resah.
“Hei kamu sudah melupakan ku sepertinya, itu bagus”
suaranya parau, nyaris tak terlontar saat Cyelo dengan paksa mengejar sosok Lexa
yang kian menjauh, gadis itu hanya bisa memendam seuntai kalimat caci maki dalam
pikiran nya, tak berniat melontarkan nya walau sebiji.
“Melupakan orang yang kita cintai tak semudah
itu, aku hanya bersikap begitu. Ada yang salah?” sahut Lexa tersenyum, dengan
paksa tentunya. Cyelo butuh pengendalian diri yang besar untuk melawan kata
hatinya yang menyuruh nya untuk setidaknya menenangkan hati gadis didepannya, hati
yang sudah ia patahkan beberapa saat lalu.
“Lexa, kamu mengerti keadaan ku” mencoba
netral, membasahi kerongkongan nya sehingga terciptalah kobohongan kecil. Lexa
tersenyum tipis tersirat kepedihan, mengangguk paham.
“Maka dari itu ku mohon, jangan pernah bersikap
seolah kamu mengenalku. Biarkan aku tenang dengan hati ku yang terlanjur patah.” Lexa
meninggalkan Cyelo ditempatnya berpijak, sedetik kemudian Axect muncul dengan
guyonan khas nya merangkul pundak Lexa seperti biasa yang mengundang rasa sesak
menyebalkan hinggap dihati Cyelo.
‘Pria brengsek itu’
“Lexa! Mau makan bersama? Sepulang sekolah di McD!
Bagaimana?” Axect datang dengan wajah memelas untuk yang kesekian kalinya dalam
kurun waktu seminggu. Lexa jenuh tanpa alasan. Pasalnya, lelaki yang satu kelas, satu
jurusan dengannya itu akhir-akhir ini makin agresif mendekatinya dan mencuri
kesempatan untuk berduaan dengannya. Bukan berarti dirinya ingin berspekulasi
Axect menaruh rasa padanya, hanya saja terdengar aneh untuknya.
“Baiklah, aku akan membereskan ini dulu” Lexa
mengangguk lesu, setengah hati sebenarnya. Tapi menolak ajakan lelaki itu bisa
mematahkan semangat yang sudah membuatnya bangkit dari masa keterpurukan
nya. Perkara hati patah tolakan dari Cyelo.
“Bisakah kamu berhenti mendekati Lexa, Axect? Kalian
membuatku muak” datang satu orang yang Lexa hindari mati-matian, Cyelo datang
lengkap dengan gandengan nya, gadis berparas manis yang manja. Oh bagus
sekali, Lexa ini mungkin hari burukmu. Dewi Fortuna membenci mu sekarang.
“Hei ada masalah dengan itu? Lexa sendiri tak
pernah menolak ajakan ku!” protes Axect merasa benar, bukan kah tak ada yang
terusik dengan sikapnya yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan intim
dengan gadis itu? Lantas mengapa Cyelo terlihat jengah melihat kedekatan nya?
“Tentu saja ada”
“Memang kamu siapanya? Pacarnya? Ayah nya? Bukan!
Kamu hanya orang asing!” Cyelo tersentak, kata-kata itu menohok hatinya melebihi
apapun. Axect memicingkan mata nya,menyorot tajam penuh benci akan sosok Cyelo
yang seenaknya menganggu hubungan nya dengan Lexa.
“Aku…..”
“Sudahlah,Axect.Kita pergi saja. Kami permisi….”
Lexa memutuskan menarik tangan Axect, yakin dengan watak lelaki itu yang mudah
tersulut emosi membuatnya lebih baik menghindari masalah. Mengacuhkan Cyelo yang
masih menatapnya dengan sorot mata tak terdeskripsikan, menyahuti lirih tak
tersampaikan.
“Dengarkan aku, Lexa. Hei!” kalau saja lorong
Universitas mereka tak sepi mungkin Cyelo tak akan berani menyerukan nama gadis
itu, terlebih Lexa hanya memilih berlari menghindari Cyelo.
GRAB!
“Hei tunggu! Apa masalahmu?!”
“Justru apa masalahmu! Aku berhak dekat dengan
siapapun! Kenapa kamu selalu mencampuri urusanku?!” mencurahkan semua yang ia
rasakan, Lexa menghembuskan nafasnya panjang. Cyelo menggigit bibir bawahnya
kaku, enggan bertatap mata dengan sang gadis.
“Aku … hanya merasa kesal…terlebih saat melihat
Axect mendekatimu..itu saja…”
Lexa mendengus sebal,”Kita tak memiliki hubungan
apa-apa. Kamu menolakku, aku mundur dan selesai. Apa ada yang kurang jelas?”
“Aku mencintaimu, Lexa kamu tahu benar itu”
“Oh ya kamu mencintai ku, dan kau juga yang
menolakku dan menyuruhku mundur demi sebuah hati yang harus kamu jaga seumur
hidup!” air matanya mengalir perlahan, menganak sungai membasahi kedua belah
pipi nya yang kian memerah. Lexa menyeka air matanya kasar.
Cyelo hanya bisa terdiam, niat hati ingin mengusap
air mata yang tak berhenti dari mata indah Lexa.”Aku ingin bersama mu, aku
menyayangi mu Lexa. Tapi, Ryrna lebih membutuhkan ku, keberadaan ku disisinya”
bisiknya rendah, berharap agar gadis itu mengerti kondisinya.
Lexa meraung keras,”Kamu egois! Jika memang begitu
putuskan! Mana yang harus kamu lepaskan! Aku atau gadis itu! Kebimbangan itu
akan terus ada dihatimu!” hatinya tak sekuat itu, ia wanita biasa bukan seperti
yang ibunya harapkan. Ia pun pernah sakit hati, tapi tak sepedih ini. Cyelo yang
egois, atau dirinya yang terlalu lemah untuk membangun tameng dihatinya? Cyelo
yang brengsek atau dirinya yang memang sulit melupakan eksistensi laki-laki
itu?
“Lexa, aku mencintaimu..sungguh…”
“Sepertinya ini sia-sia, aku permisi. Mulai besok
akan kuusahakan untuk tidak menampakkan diri didepan mu.” Lexa berjalan
menjauhi Cyelo, menjauhi masa lalunya dan berjalan tanpa
arah, clueless. Biarlah, terserah sampai mana kakinya menuntun akan ia
ikuti. Toh, yang terpenting ia sudah mengungkapkan semua yang ingin ia ucapkan
sejak kemarin.
‘Karena orang yang mencintaimu, belum tentu akan
memilih mu’ tambah nya dalam hati.
THE
END
Note : *Hipokrit : Munafik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar